Ngopi Tiap Hati Gak Bikin Miskin, Asal Tahu Trik Ini (Bukan Kopi Sachet!)
Kategori : lifestyle atau opini
Penulis : Puput imelia
Pernahkah kamu duduk termenung di pagi hari, menatap gelas kopi dari kafe langgananmu sambil bertanya-tanya apakah kebiasaan ini adalah alasan kenapa saldo rekeningmu seperti tumbuhan kaktus—kering, tandus, dan menyedihkan? Sementara itu, aroma kopi yang menggoda seakan berkata, “Kalem, bro. Kita cuma kopi, bukan cicilan rumah.” Tapi tetap saja, setiap menyeruput tegukan pertama, terbersit rasa bersalah karena sadar harga satu gelas kopi itu setara dengan dua kali makan siang di warteg.
Di saat yang bersamaan, jempol kita menggulir media sosial yang penuh parade kopi dari berbagai selebgram dan teman kuliah. Ada yang memamerkan cold brew buatan sendiri dari biji impor, ada yang membuat konten aesthetic dengan mesin espresso seharga gaji tiga bulan. Kita langsung merasa ngopi enak itu hanya untuk kaum elite, sementara kita yang masih berjuang membayar kos saja sudah ngos-ngosan. Tiba-tiba muncul desakan batin untuk berhenti minum kopi dan kembali ke air putih demi masa depan cerah yang entah kapan datangnya.
Namun, seperti banyak hal lain di hidup ini, ternyata solusinya tidak sesederhana itu. Mengurangi ngopi bukan berarti hidupmu otomatis jadi lebih stabil secara finansial. Kalaupun kamu berhenti ngopi, kemungkinan besar uangnya akan lari ke hal lain—nongkrong mendadak, jajan online gara-gara bosan, atau beli makanan yang sebenarnya tidak kamu pikirkan dua menit sebelumnya. Kopi hanya dijadikan kambing hitam dari kebiasaan boros kita yang terselubung.
Justru di sinilah muncul konsep ngopi cerdas: sebuah jalan damai yang memungkinkanmu tetap menikmati kopi enak setiap hari tanpa harus berurusan dengan dompet yang berteriak minta ampun. Banyak orang mengira satu-satunya cara untuk menghemat adalah beralih ke kopi sachet tiga-in-satu, padahal rasanya kadang lebih mirip permen yang dilarutkan daripada kopi. Padahal, ada cara yang jauh lebih elegan dan tidak menyiksa lidah.
Rahasia sebenarnya ada pada pilihanmu: memilih biji kopi yang tepat dan metode seduh yang sesuai. Banyak mahasiswa tidak sadar bahwa dengan harga satu gelas kopi di kafe, mereka sebenarnya bisa membeli biji kopi yang cukup untuk menyeduh lima sampai sepuluh gelas. Alat seduh sederhana seperti V60, French Press, atau Mokapot tidak perlu menguras tabungan. Bahkan kalaupun kamu tidak pakai alat keren, kopi tubruk klasik pun bisa menghasilkan rasa yang memuaskan selama bijinya segar. Kopi enak tidak harus datang dari barista bersertifikat internasional—kadang cukup dari kamu sendiri yang sabar belajar.
Masalah terbesar sebenarnya bukan pada harga kopi, tapi pada kebiasaan kecil yang diam-diam menguras uang. Kita sering membeli kopi di aplikasi pesan antar karena malas keluar kamar, tanpa sadar ongkos kirimnya lebih mahal dari kopinya sendiri. Kita memesan menu paling hits hanya demi bisa mempostingnya, padahal lidah kita sebenarnya sudah cukup bahagia dengan kopi hitam biasa. Dan yang paling umum: kita membeli kopi sekaligus roti, makanan ringan, atau dessert yang sebetulnya tidak kita niatkan dari awal. Kopinya cuma satu, tapi tagihannya tiga kali lipat.
Jika kita mau sedikit repot di awal, dunia perkopian rumahan sebenarnya bisa menjadi penyelamat finansial sekaligus sumber kebahagiaan baru. Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil menyeduh kopi yang rasanya sebanding dengan yang dijual kafe—bahkan lebih nikmat karena kamu tahu harganya cuma sepersekian. Dari situ, kebiasaan ngopi berubah dari sekadar gaya hidup menjadi kegiatan yang penuh kesadaran dan kontrol.
Namun bukan berarti kamu harus berhenti pergi ke kafe. Nongkrong itu tetap penting, baik untuk waras maupun untuk bersosialisasi. Hanya saja, mengunjungi kafe tidak perlu dilakukan setiap hari seolah kamu pemilik sahamnya. Kamu tetap bisa menikmati suasana nyaman, musik lembut, dan aroma kopi segar tanpa harus memesan menu paling mahal. Pilih secangkir kopi yang pas dengan kondisi keuanganmu, bukan yang pas untuk dipamerkan di Instagram.
Pada akhirnya, menikmati kopi setiap hari bukanlah biang kemiskinan seperti yang sering diucapkan orang-orang. Yang membuat kita tekor adalah kebiasaan impulsif, gengsi yang tidak perlu, dan ketidaktahuan bahwa ada cara lain untuk tetap ngopi tanpa merusak kestabilan finansial. Dengan sedikit trik dan penyesuaian, kamu bisa tetap setia pada ritual kopi pagimu tanpa harus cemas saat melihat saldo di akhir bulan.
Ngopi tiap hari tidak bikin miskin—asal kamu tahu caranya. Jadi silakan seduh kopimu, hirup aromanya, nikmati rasanya, dan biarkan dompetmu tetap aman sentosa.